Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSCM) Ratna Dwi Restuti, pada jumpa pers, di RSCM, Jakarta, Kamis (3/11), mengatakan, RSCM melakukan operasi transplantasi hati sejak 2010. Sebagai rumah sakit rujukan nasional, kasus-kasus yang ditangani RSCM ialah kasus sulit dan kompleks.
Untuk operasi transplantasi hati, terutama yang sulit, RSCM bekerja sama dengan dokter ahli dari Tiongkok. Beberapa tahun kemudian, kerja sama berganti dengan dokter ahli dari Singapura. "Awalnya, ada satu sampai tiga pasien transplantasi hati setahun," kata Ratna.
Setelah bekerja sama dengan dokter ahli dari Jepang, dalam dua tahun terakhir operasi transplantasi hati meningkat. Tahun 2015 ada 8 kasus dan tahun 2016, hingga saat ini, telah ada 10 kasus.
Selain di RSCM, layanan cangkok hati juga tersedia di RSUP Karyadi Semarang, RSUP Sardjito Yogyakarta, RSUP Adam Malik Medan, dan RS Soetomo Surabaya. "Tahun ini, di RSCM, bisa sampai 12 kasus cangkok hati ditangani," kata Ratna.
Ketua Tim Transplantasi Organ RSCM, Hanifah Oswari, menambahkan, sejak bekerja sama dengan dokter ahli dari Jepang, ada perubahan cara operasi yang memungkinkan operasi transplantasi hati pada anak dengan berat badan di bawah 10 kilogram bisa dilakukan. Bahkan, secara teori, bayi dengan bobot 2,5 kilogram juga bisa dioperasi.
Selama ini pasien anak dengan kelainan hati bawaan atrisia bilier yang harus menjalani cangkok hati sulit menambah berat badannya hingga tak tertolong. "Kini jumlah pasien yang bisa ditolong lebih banyak," ucapnya.
Selain itu, menurut ahli bedah anak dari Departemen Bedah Anak RSCM, Tri Hening, dulu operasi cangkok hati pada anak sulit dilakukan karena hati yang akan dicangkokkan pada pasien anak terlalu besar. Dari 8 bagian fungsional hati, biasanya diambil dua bagian. Kini, seiring kemajuan teknologi kedokteran, organ hati yang didonorkan bisa diambil dari hanya satu segmen sehingga tak terlalu besar.
Namun, selama ini pasien yang membutuhkan transplantasi kerap terlambat dibawa dan informasi penyakit yang diperoleh pasien simpang siur. Itu mengakibatkan operasi menjadi lebih sulit dan risiko komplikasi pasca operasinya tinggi.
Tingkat keberhasilan
Hanifah mengatakan, angka keberhasilan hidup satu tahun pasien cangkok hati di RSCM 88 persen. Angka itu lebih tinggi daripada Jepang (85 persen), padahal mayoritas kasus lebih ringan. Dari sisi biaya, operasi cangkok hati di RSCM Rp 900 juta-Rp 1,2 miliar, lebih rendah daripada biaya di negara tetangga.
Jumat (4/11), tim dokter RSCM berencana melakukan operasi transplantasi hati terhadap bayi K (3 tahun 6 bulan) yang mengalami progressive familial intrahepatic cholestasis (PFIC), gangguan hati di mana ada transporter pada hati yang tak berfungsi. Akibatnya, hati jadi rusak. PFIC itu baru diketahui para ahli 5-10 tahun terakhir.
Ayah bayi K, Trisna (31), mengatakan, anak keduanya itu didiagnosis memiliki kelainan hati sejak usia 2 bulan. Ia sudah berkonsultasi ke banyak dokter hingga ke RSCM. Awalnya, disepakati penyumbang organ hati bagi bayi K ialah Trisna. Pada Maret 2016, Trisna dan bayi K menjalani penapisan untuk mengetahui kesehatan keduanya sebelum operasi.
Ternyata, ada lemak di hati Trisna hingga 60 persen sehingga ia harus diet untuk menurunkan berat badan. Pada September 2016, bayi K mengalami perdarahan. "Saat buang air besar berdarah," ujar Trisna.
Namun, karena setelah berat badan Trisna turun 11 kilogram lemak hati masih tersisa 20 persen, akhirnya disepakati yang jadi donor adalah istri Trisna, Novita Junarti (30). Hasil penapisan pada Novita menunjukkan kondisinya bisa menjadi donor.
Selain bayi K, kemarin, operasi transplantasi hati juga dilakukan terhadap satu pasien anak lainnya di RSCM. Operasi transplantasi hati itu dilakukan tim medis RS itu selama sekitar 12 jam dan baru selesai pukul 20.30.
0 Response to "Penyebab Orang Beroperasi Cangkok Hati, Berikut Penjelasannya"
Posting Komentar